Kisah Pengrajin Tembaga,Selingkuh Rejeki Macet !

Kali ini saya akan bercerita mengenai sebuah kisah inspirasi bagi para pengusaha pemula. simak ceritanya baik baik ya.

Masyarakat Cepogo kebanyakan berprofesi sebagai petani. Walaupun begitu disana terdapat sebuah desa bernama Tumang, dimana desa ini lebih terkenal dengan kerajinan tembaganya.
Di sana ada salah satu pengrajin tembaga. Namanya Pak Bambang. Beliau bercerita panjang lebar mengawali bisnisnya ini. Sempat berpuluh tahun jadi karyawan kerajinan Tembaga di Yogyakarta.

Setelah pengalamannya mencukupi beliau akhirnya memutuskan untuk membuka usaha sendiri. Ternyata butuh waktu lama untuk meraih sukses yang ia bayangkan.

“Awal usaha berkali-kali saya gagal mas..Alhamdulillah sekarang semakin banyak yang pesan kerajinan tembaga lewat kami.” Ujar bambang.
Bertahun-tahun menggeluti kerajinan tembaga ini Bambang belum berubah nasibnya. Tapi semenjak dia mensedekahkan hartanya, Akhirnya Tuhan menjawab doanya.

“Ketika itu mushola depan butuh renovasi dan membutuhkan biaya yang lumayan banyak.. saya agak lupa, dikantong pak Bambang ada duit beberapa juta..tanpa berpikir panjang langsung beliau kasihkan untuk biaya renovasi mushola tersebut. Padahal kondisi beliau waktu itu juga masih kekurangan..tapi Alhamdulillah semenjak kejadian itu Allah ganti dengan banyaknya order pesanan.” Jelas Mufid keponakan pak Bambang.

Pak Bambang yang hanya tamatan SD ini sekarang bisa merekrut beberapa karyawan. Dia biasa mengerjakan orderan pesanan dari beberapa kliennya berupa lampu gantung tembaga, frame masjid, frame gedung hingga bak mandi dari tembaga. Pemesannya pun kebanyakan dari luar daerah.

Ada kunci kesuksesan yang biasa di hadapi. “Kebanyakan pengusaha yang baru menapaki kesuksesan itu mudah tergoda pada satu ini….yaitu wanita.” Terang pak bambang.

“Banyak teman-teman saya yang sudah sukses, tiba-tiba bangkrut, rumah tangganya hancur hanya karena sering main wanita..” ujar pak bambang

“Loh bener loh mas..hati-hati dalam masalah ini..” Imbuh beliau dengan logat jawanya yang kental.

Satu kesimpulan yang bisa di ambil dari percakapan dengan pak bambang adalah " maksiat itu menghambat rejeki kita," bisa di logika, misal air yang akan mengalir ke sawah kita lalu ada sampah yang menghambat, pasti air itu akan mengalir ke tempat yang bersih tanpa hambatan. begitu kira kira sobat.
terimakasih,

1 komentar: